This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Senin, 24 Februari 2014

Elektroda

 A.     Elektroda Berselaput
Seperti telah dijelaskan pada kegiatan belajar 2, bahwa pada las busur logam manual menggunakan elektroda berselaput seperti ditunjukkan pada gambar 3.1. Elektroda ini terdiri dari kawat inti (core wire) yang dilapis dengan selaput (coating) yang terdiri dari flux, komposisi kawat dan selaput menentukan perbedaan elektroda.
1.     Kawat inti (Core wire)
Ukuran standar diameter kawat inti dari 1,5 mm  s.d  7 mm dengan panjang 250 s.d 450 mm.
Tebal selaput elektroda berkisar antara 10% sampai 50% dari diameter elektroda. Selaput elektroda sangat berpengaruh terhadap sifat mekanik logam las, dan semua logam las (all weld metal).

2.      Salutan (Coating) Elektroda
Dalam proses pengelasan (gambar 3.1) salutan akan terbakar membentuk gas yang berfungsi sebagai pelindung dari pengaruh atmosfir dan pembentuk terak cair, kemudian membeku dan melindungi logam las yang sedang proses pembekuan.
Flux salutan juga berfungsi sebagai pemantap busur dan melancarkan pemindahan butir-butir logam cair.
Terutama sebagai sumber unsur-unsur logam paduan yang akan sangat berpengaruh terhadap sifat mekanik logam las, yaitu tegangan luluh, tegangan tarik dan kekerasan.
a.   Bahan salutan
Bahan-bahan yang digunakan pada pembungkus/salutan dapat digolongkan sebagai bahan:
  • Pemantap busur
  • Pembentuk terak
  • Penghasil gas deoksidator
  • Penambah unsur paduan, dan
  • Pengikat
Bahan-bahan tersebut antara lain:
Oksida logam karbonat, silikat, fluorida logam paduan, serbuk besi dan zat-zat organik.
b.    Karakteristik Salutan
  • Menambah konduktifitas pada panjang busur
  • Menghasilkan gas (H2, O2, H2O, CO, CO2, N2), asap metalik dan asap organik.
  • Menyebabkan terak (slag), sebagai proteksi, isolasi melawan panas, reaksi metalurugi penghasil komposisi yang pasti, berpengaruh pada kristalisasi.
Mengingat pentingnya fungsi salutan, maka diusahakan salutan pada elektroda tidak rusak.
Kerusakan pada salutan bisa terjadi karena:
  • Benturan
  • Umur terlalu lama
  • Udara yang lembab

Proses Pengelasan


 B.     Klasifikasi  Elektroda
Kalasifikasi elektroda ini menggunakan kode dan digunakan untuk mengelompokkan elektroda-elektroda dari perbedaan pabrik pembuatannya terhadap kesamaan jenis dan pemakaiannya.
Klasifikasi elektroda ini dibutuhkan baik pada elektroda maupun pada bungkusnya. Klasifikasi elektroda menurut standar AWS (American Welding Society) maupun ASTM (American Society for Testing Material) dinyatakan dengan tanda E diikuti oleh 4 digit. Penjelasan dapat dilihat pada skema dan tabel berikut:

TABEL 3.1
KARAKTERISTIK DIGIT KETIGA POSISI PENGELASAN
Angka Ketiga(E XXXX) POSISI PENGELASAN
0 - - - -
1 di bawah tangan horisontal tegak di atas kepala
2 di bawah tangan horisontal - -
3 di bawah tangan - - -


TABEL 2
KARAKTERISTIK DIGIT KEEMPAT TIPE SELAPUT DAN ARUS LISTRIK    
Angkakeempat (EXXXX) Sumber arus Polaritas elektroda Tipesalutan Dayatembus Kadarserbuk besi
1 AC DC +
Cellulose potasium Kuat Tidak ada
2 AC DC
- Rutile Sodium Medium 0 – 10 %
3 AC DC + - Rutile Potasium Lunak 0 – 10 %
4 AC DC + - Rutile iron powder Lunak 30–50 %
5
DC +
Low hydrogen sodium Medium Tidak ada
6 AC DC
- Low hydrogen potassium Medium Tidak ada
7 AC DC + - Iron oxide, Iron powder Lunak 50 %
8 AC DC +
Low hydrogen,Iron powder Medium 30 – 50 %
9 AC DC




0 Lihat data-data di bawah, angka akhir 0 ada pengecualian
E 6010
DC +
Cellulose sodium Kuat 0 – 10 %
E 6020 AC DC
- Iron oxide sodium Medium 0 – 10 %
E 6040 AC DC
- Iron oxide Lunak













Penting :       Keterangan tentang penggunaan elektroda pengaturan arus las, hubungannya dengan kutub-kutub las, posisi pengelasan, klasifikasi dan jenis salutan biasanya tercantum pada bungkus elektroda.
C.      Penyimpanan Elektroda Las
Penyimpanan elektroda untuk mendapat pengelasan yang baik adalah penting.
  • Disimpan ditempat kering, terutama untuk low hydrogen (basic electrode).
  • Pengepakkan dari pabrik sebagai profeksi untuk menghindari pengaruh kelembapan harus baik.
  • Elektroda yang mempunyai kelembaban lebih besar dari 50% diharuskan disimpan di oven (sesuai rekomendasi pabrik).
  • Elektroda low hydrogen, seperti:  E 7016, E7015, E 7018 dan E 7028, sangat keritis karena mudah menyerap kebasahan (moisture).
  • Jika bungkus elektroda dibuka hanya untuk digunakan selama 8 jam, apabila ada sisa harus disimpan di oven.
  • Untuk elektroda baja lunak apabila dibuka harus disimpan pada oven temperatur 100–1500 C selama 8 jam.
  • Ruang penyimpanan elektroda harus dikontrol dengan kelembapan lebih kecil dari 50%.
  • Untuk elektroda selulosa atau E 6010 dan E 6011 tidak harus selalu di oven, karena mempunyai level moisture 3-7 %. Hal ini tidak berpengaruh  dalam proses las.

- Bagian elektroda yang tidak berlapis pelindung
Dimaksudkan untuk nantinya dijepit oleh geraham las. Bagian elektroda tersebut adalah sebagai berikut:

Untuk pengumpan (feeder) yang otomatis, bagian tak bersalut elektroda untuk pegangan tanggam tidak boleh kurang dari 1” (25mm). Ujung elektroda harus terbuka dan sisi lapis pelindung harus diserong untuk memudahkan penorehan busur nyala pendahuluan. Lapis pelindung harus menyelubungi kawat inti paling sedikit ¼ lingkaran kawat tersebut dari nyala busur listrik.
- Pengujian Elektroda
Semua jenis elektroda diuji untuk menentukan mutu apakah sesuai dengan semua persyaratan suatu elektroda las yang baik. Adapun cara pengujiannya adalah sebagai berikut:
a) Uji analisis kimiawi
Komposisi kimiawi elektroda baja karbon tidak boleh melebihi limitasi yang tertera pada table limit komposisi logam las.
b) Uji mekanis
- Uji mekanis meliputi uji tarik bahan yang sudah dilaskan secara transversal
- Uji tumbukan (Charpy u-notch impact test)
- Uji lengkung bahan yang sudah dilaskan secara longitudinal terarah (longitudinal guided bend test)
c) Uji las fillet
Setelah bahan dilaskan secara fillet, hasilnya diuji sifat wujudnya untuk menentukan apakah las fillet bebas dari retakan, overlap, kerak terperangkap, porositas permukaan, dan undercut yang lebih dalam dari 1/32” (0,8 mm). Kecembungan dan panjang kakinya harus sesuai dengan table berikut:

- Ukuran standar dan panjang
Ukuran standar dan panjang elektroda tercantum dalam tebel di bawah:

- Kandungan air pada lapis pelindung
Elektroda dibuat dengan limit kandungan air yang dapat diterima tergantung dari jenis dan kekuatan kawat intinya. Elektroda low hydrogen (E7015, E7016, E7018, E7028, dan E7048) sangat peka terhadap penyerapan air. Lapis anorganiknya dirancang untuk mengandung sangat sedikit kelembaban sehingga penyimpanannya harus sangat teliti. Jika ternyata elektroda telah banyak menyerap air melebihi batas yang dibolehkan, maka agar dapat dipergunakan kembali elektroda harus dipanaskan untuk menghilangkan kandungan air tadi. Berikut adalah daftar syarat penyimpanan dan pengeringan elektroda:

Secara keseluruhan, elektroda dapat diklasifikasikan menurut klasifikasi AWS, jenis bahan pelindung, posisi pengelasan yang sesuai, dan jenis arus listrik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table di bawah ini:

Dalam penulisan kode elektroda pada tabel klasifikasi elektroda, biasanya berisi EXXXX. Dengan keterangan sebagai berikut:
- E = Elektroda
- XX = dua huruf X terdepan (XX) menandakan kekuatan tarik bahan las setelah dilaskan, misalnya E60XX berarti bahan tersebut kuat tariknya setelah dilaskan 60.000 psi, E70XX berarti bahan tersebut kuat tariknya setelah 70.000 psi, begitu pula seterusnya.
- X = huruf X ketiga menunjukkan posisi pengelasan yang tepat. Untuk angka “1” menunjukkan boleh dipergunakan untuk semua posisi. Angka “2” menunjukkan hanya bisa dipergunakan dengan posisi tertentu.
- X = huruf X terakhir menunjukkan jenis arus listrik yang sesuai dengan lapisan elektrodanya.

Macam - Macam Pengelasan

Berikut macam–macam proses dan jenis pengelasan :


1. Berdasarkan Panas Listrik

• SMAW (Shield Metal Arch Welding) adalah las busur nyala api listrik terlindung dengan mempergunagakan busur nyala listrik sebagai sumber panas pencair logam. Jenis ini paling banyak dipakai dimana–mana untuk hampir semua keperluan pekerjaan pengelasaan. Tegangan yang dipakai hanya 23 sampai dengan 45 Volt AC atau DC, sedangkan untuk pencairan pengelasan dibutuhkan arus hingga 500 Ampere. Namun secara umum yang dipakai berkisar 80 – 200 Ampere


SAW (Submerged Arch Welding) adalah las busur terbenam atau pengelasan dengan busur nyala api listrik. Untuk mecegah oksidasi cairan metal induk dan material tambahan, dipergunakan butiran–butiran fluks / slag sehingga bususr nyala terpendam di dalam ukuran–ukuran fluks tersebut


ESW (Electro Slag Welding) adalah pengelasan busur terhenti, pengelasan sejenis SAW namun bedanya pada jenis ESW busurnya nyala mencairkan fluks, busur terhenti dan proses pencairan fluk berjalan terus dam menjadi bahan pengantar arus listrik (konduktif). Sehingga elektroda terhubungkan dengan benda yang dilas melalui konduktor tersebut. Panas yang dihasilkan dari tahanan terhadap arus listrik melalui cairan fluk / slag cukup tinggi untuk mencairkan bahan tambahan las dan bahan induk yang dilas tempraturnya mencapai 3500° F atau setara dengan 1925° C


SW (Stud Welding) adalah las baut pondasi, gunanya untuk menyambung bagian satu konstruksi baja dengan bagian yang terdapat di dalam beton (baut angker) atau “ Shear Connector “


ERW (Electric Resistant Welding) adalah las tahanan listrik yaitu dengan tahanan yang besar panas yang dihasilkan oleh aliran listrik menjadi semakin tinggi sehingga mencairkan logam yang akan dilas. Contohnya adalah pada pembuatan pipa ERW, pengelasan plat–plat dinding pesawat, atau pada pagar kawat


EBW (Electron Beam Welding) adalah las dengan proses pemboman elektron, suatu pengelasan uang pencairannya disebabkan oleh panas yang dihasilkan dari suatu berkas loncatan elektron yang dimamapatkan dan diarahkan pada benda yang akan dilas. Penelasan ini dilaksanakan di dalam ruang hampa, sehingga menghapus kemungkinan terjadinya oksidasi atau kontaminasi


2. Berdasarkan Panas Listrik dan Gas


• GMAW (Gas Metal Arch Welding) terdiri dari ; MIG (Metal Active Gas) dan MAG (Metal Inert Gas) adalah pengelasan dengan gas nyala yang dihasilkan berasal dari busur nyala listrik, yang dipakai sebagai pencair metal yang di–las dan metal penambah. Sebagai pelindung oksidasi dipakai gas pelindung yang berupa gas kekal (inert) atau CO2. MIG digunakan untuk mengelas besi atau baja, sedangkan gas pelindungnya adalah mengunakan Karbon dioxida CO2. TIG digunakan untuk mengelas logam non besi dan gas pelindungnya menggunakan Helium (He) dan/atau Argon (Ar)


• GTAW (Gas Tungsten Arch Welding) atau TIG (Tungsten Inert Gas) adalah pengelasn dengan memakai busur nyala dengan tungsten/elektroda yang terbuat dari wolfram, sedangkan bahan penambahnyyadigunakan bahan yang sama atau sejenis dengan material induknya. Untuk mencegah oksidasi, dipakai gas kekal (inert) 99 % Argon (Ar) murni


• FCAW (Flux Cored Arch Welding) pada hakikatnya hampir sama dengan proses pengelasan GMAW. Gas pelindungnya juga sama-sama menggunakan Karbon dioxida CO2. Biasanya, pada mesin las FCAW ditambah robot yang bertugas untuk menjalankan pengelasan biasa disebut dengan super anemo


PAW (Plasma Arch Welding) adalah las listrik dengan plasma yang sejenis dengan GTAW hanya pada proses ini gas pelindung menggunakan bahan campuran antara Argon (Ar), Nitrogen (N) dan Hidrogen (H) yang lazim disebut dengan plasma. Plasma adalah gas yang luminous dengan derajat pengantar arus dan kapasitas termis / panas yang tinggi dapat menampung tempratur diatas 5000° C


3. Berdasarkan Panas Yang Dihasilkan Campuran Gas


OAW (Oxigen Acetylene Welding) adalah sejenis dengan las karbid / las otogen. Panas yang didapat dari hasil pembakaran gas acetylene (C2H2) dengan zat asam atau Oksigen (O2). Ada juga yang sejenis las ini dan memakai gas propane (C3H8) sebagai ganti acetylene. Ada pula yang memakai bahan pemanas yang terdiri dari campuran gas hidrogen (H) dan zat asam (O2) yang disebit OHW (Oxy Hidrogen Welding)


4. Berdasarkan Ledakan dan reaksi isotermis

EXW (Explosion Welding) adalah las yang sumber panasnya didapatkan dengan meledakkan amunisi yang dipasang pada suatu mold/cetakan pada bagian tersebut dan mengisi cetakan yang tersedia. Cara ini sangat praktis untuk menyambung kawat baja / wire rope, slenk. Cara pelaksanaannya adalah ujung-ujung tambang kawat dimasukkan ke dalam mold yang telah terisi amunisi selanjutnya serbuk ledak tersebut dinyalakan dengan pemantik api, maka terjadilah reaksi kimia eksotermis yang sangat cepat sehingga menghasilkan suhu yang sangat tinggi sehingga terjadilah ledakan. Ledakan tersebut mencairkan kedua ujung kawat baja yang terdapat didalam mold tadi, sehingga cairan metal terpadu dan mengisi ruangan yang tersedia didalam mold.

Kamis, 20 Februari 2014

Welding

Materi Pengelasan

PENJELASAN 

1. Gambar dan Simbol Las Dipahami dengan Baik


Gambar dan simbol las wajib dipahami oleh seorang juru las (welder). Juru las dalam kegiatan kerjanya harus mengacu pada ketentuan yang telah diatur pada gambar atau bagan konstruksi. Jika hal ini tidak dilakukan maka dampak yang mengiringinya adalah sangat besar, misal : terjadinya kesalahan konstruksi yang mengakibatkan gagal produk dan tidak dapat digunakan. Kesalahan dalam hal proses yang mengakibatkan terjadinya cacat pada hasil pengelasan. Contoh gambar dan simbol las dapat ditunjukkan di bawah ini : Berdasarkan gambar dan simbol las di atas, seorang welder harus mampu menterjelahkan dalam bahasa pekerjaan (teknis) apa yang dimaksud dari gambar tersebut. Dengan demikian welder akan dapat mempersiapakan segala sesuatunya untuk proses pengelasan. Arti dari gambar dan symbol di atas adalah : Pekerjaan pengelasan pipa menggunakan proses las SMAW, pipa ditempatkan pada meja las posisi miring 45 derajat, kampuh pengelasan yang harus disiapkan adalah menggunakan kampuh V, dengan ketentuan : Proses pengelasan dilakukan dari bawah ke atas, benda yang dilas diam (tidak boleh dipindah atau diputar) dilepas dari tempatnya, hasil pengelasan cembung dan pengujian hasil lasan dilakukan secara visual (visual test). Hasil dari pengelasan tersebut seperti berikut : 2. Teknik pengoperasian alat utama, alat bantu dan alat keselamatan kerja sesuai dengan ketentuan
Alat-alat las SMAW dibedakan menjadi 3 kelompok,
1. alat utama
2. alat bantu dan
3. alat keselamatan kerja

Alat utama las SMAW yaitu :
• Kabel tenaga
• Trafo las (generator)
• Kabel massa
• Kabel elektroda
• Pemegang elektroda
• Penjepit massa
Alat batu las SMAW antara lain :
• Meja las
• Palu terak
• Palu konde
• Gerinda tangan
• Mistar baja
• Sikat baja
• Ragum
• Kikir
• Penjepit benda kerja
alat keselamatan kerja las antara lain :
• Helm las (topeng las)
• Kaca las hitam
• Kaca las putih
• Apron (pelindung dada)
• Baju kerja
• Sarung tangan
• Sepatu kulit kapasitas 2ton
• Masker


Alat utama las busur manual dalam pengoperasiannya harus sesuai SOP yang berlaku.
1. Kabel tenaga
Pemilihan kabel tenaga yang digunakan untuk menginstal disesuaikan dengan bebannya (trafo las nya) berupa ampere dan tegangan input trafo las. Hal ini menyangkut ukuran kawat, panjang kabel, dan jenis kawatnya (serabut/tidak). Selanjutnya dalam menginstall harus kuat dan tidak mudah lepas, sehingga aliran listrik dapat mengalir maksimal dan tidak panas.
2. Trafo las
Pemilihan trafo las pada saat akan membeli, harus dipertimbangkan tentang kebutuhan maksimal (beban pekerjaan yang akan dikenakan kepada trafo las tersebut. Apabila beban pekerjaannya besar maka langkah pemilihannya adalah dapat dipertimbangkan tentang tegangan input: 3PH, 2PH atau 1PH; Ampere output, dipertimbangkan dari diameter elektroda yang akan digunakan. dan yang paling penting adalah duty cycle dari trafo tersebut. dalam hal ini pilihlah trafo las yang memiliki duty cycle yang tinggi untuk ampere yang tinggi, misal duty cycle 100% untuk arus sampai dengan 200 A. langkah berikutnya gunakan tang ampere untuk mengecek kesesuaian out put arus pengelasan pada indikator dengan kenyataannya yang terlihat pada tang ampere. Jenis trafo las juga perlu dipertimbangkan apakah trafi AC atau DC. hal ini terkait dengan jenis elektroda yang akan digunakan. jika menggunakan multi electrode, pilihlah trafo DC. Cara mengoperasikan trafo las terlebih dahulu harus dilihat instalasinya. kabel tenaga ke trafo las, kabel massa, kabel elektroda dan kondisi trafo sendiri, apakah pada tempat yang kering atau basah. setelah diketahui instalasinya baik, maka saklar utama pada kabel tenaga di on kan, selanjutnya saklar pada trafo las di on kan. pastikan kabel massa dan kabel elektroda tidak dalam kondisi saling berhubungan. atur arus pengelasan yang dibutuhkan dan selanjutnya gunakan untuk mengelas. Apabila proses pengelasan telah selesai, trafo las dimatikan kembali.
3. Kabel elektroda dan kabel massa
Kabel elektroda dan kabel massa harus menggunakan kabel serabut sehingga lentur dengan ukuran disesuaikan dengan ampere maksimum trafo las (lihat ketentuan pada tabel) kabel las. Kabel elektroda dan kabel massa harus terkoneksi )terinstall dengan kuat dengan trafo las agar aliran arus pengelasan sesuai dengan ketentuan yang tertera dalam indikator ampere pada trafo las. Penggunaan kabel elektroda dan kabel massa pada saat pengelasan harus disiapkan dengan benar, yaitu dalam kondisi terurai, tidak tertekuk dan saling berlilitan. Dengan kondisi semacam ini maka aliran arus pengelasan akan maksimal. Jika sudah tidak dipakai, trafo las dimatikan dan kabel las digulung dan diletakkan dengan benar tidak saling berbelit agar mudah dalam penggunaan di waktu yang lain.
4. Pemegang elektroda dan penjepit massa
Penjepit elektroda dan penjepit massa dibuat dari bahan yang mudah menghantarkan arus listrik. bahan yang biasa digunakan adalah tembaha. Pada pemegang elektroda pada mulutnya sudah dibentuk sedemikian rupa sehingga memudahkan tukang las memasang/menjepit pada pemegang elektroda. Dalam penggunaannya elektroda harus ditempat pada sela-sela yang ada, dapat diposisikan dengan sudut 180 derajat, 90 derajat atau 45 derajat terhadap pemegang elektroda. Sedang pada penjepit massa dibuat sedemikian rupa sehingga dapat mencengkeram dengan kuat pada benda kerja. Penjepit elektroda maupun penjepit massa tidak diperkenankan terkena busur las. Pada penjepit elektroda, penggunaan elektroda disisakan 1 inch sehingga tidak sampai habis menyentuh pemegang elektroda. Sedangkan pemegang massa tidak diperkenankan untuk menjadi tempat mencopa elektroda/menyalaka elektroda agar tidak rusak. Penjepit benda kerja ditempatkan pada dekat benda kerja atau meja las dengan kuat agar aliran listrik dapat maksimal/tidak banyak arus yang terbuang.
Alat-alat bantu las
Alat-alat bantu las harus digunakan dengan benar sesuai fungsinya dan dengan teknik yang benar pula. Di samping itu cara penyimpanannya harulah ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak saling bertumpukan dan saling bergesekan satu sama lain.




1. Meja las
Meja las adalah tempat untuk menempatkan benda kerja pada posisi yang dipersyaratkan. Meja las harus diletakkan sedemikian rupa dan tidak mudah bergerak saat tersenggol atau saat welder melakukan pengelasan. Gunakan benda kerja lain saat mencoba penyalaan elektroda dan jangan dilakukan di meja las.
2. Palu terak
Palu terak adalah alat untuk membersihkan terak dari hasil pengelasan. Dalam menggunakan palu terak ini jangan sampai membuat luka pada hasil pengelasan maupun pada base metalnya. karena luka bekas pukulan adalah merupakan cacat pengelasan. Palu terak sebelum digunakan dicek ketajamannya dan kondisinya. apabila sudah tumpul, maka harus ditajamkan dengan menggerindanya. Setelah selesai menggunakannya, tempatkan palu terak pada tempatnya secara rapi.
3. Palu konde Palu konde secara standar yang digunakan adalah berkapasitas 2 kg. penggunaan palu konde adalah untuk membantu meluruskan, meratakan permukaan benda kerja yang berkelok atau melengkung, untuk membentuk sudut pada benda kerja dengan tujuan mengurangi atau meniadakan distorsi. atau ditunakan untuk tujuan membantu persiapan pengelasan. Palu konde juga harus dikontrol kondisinya agar tidak kocak serta dalam penyimpananya harus tertata rapi dan tidak saling bertumpukan atau bergesekan dengan alat lainnya.
4. Gerinda tangan
Gerinda tangan ini berfungsi untuk menyiapkan material yang akan di las berupa penyiapan kampuh las. Gerinda ini juga digunakan untuk membantu dalam proses pengelasan khususnya dalam pembersihan lasan sebelum di sambung atau sebelum ditumpuki dengan lasan lapis berikutnya. gerinda tangan ini juga digunakan untuk membantu dalam memperbaiki cacat las yang memerlukan penggerindaan dalam persiapannya sebelum diperbaiki cacat pengelasan tadi.
Dalam penggunaannya :
Periksa kabel gerinda apakah ada yang terkelupas atau tidak, jika ada segera diisolasi agar operator tidak tersengat listrik. Pastikan saklar dalam kondisi OFF sebelum kabel dihubungkan pada sumber listrik. Pastikan batu gerinda terpasang dengan kuat dan tepat dan kemudian peganglah geridan pada tangkai gerinda dengan kuat. Hubungkan kabel gerinda pada listrik dan kemudian hidupkan dengan menekan tombol ON. Gunakan kaca mata putih saat menggerinda. Setelah selesai saklar OFF dan lepas kembali kabel dari sumber arus. Gulung kabel sedemikian rupa dan simpanlah pada tempatnya dengan aman dan tidak saling bertindih dengan alat lain.
Alat keselamatan kerja las
Alat keselamatan kerja las adalah sangat fital untuk digunakan. Penggunaan alat keselamatan kerja las ini akan memberikan jamiman keselamatan kepada juru las maupun lingkungan. Pada gilirannya akan meningkatkan produktivitas dan kwalitas hasil lasan.
Helm Las sarung tangan las Apron (pelindung dada)
Sepatu kerja (kapasitas 2ton) Alat keselamatan kerja lengkap
macam-macam alat keselamatan kerja las antara lain:
1. Pakaian kerja
Dengan menggunakan pakaian kerja, juru las akan merasa nyaman dalam bekerja karena tidak berfikir tentang lingkungan yang dapat mengotori pakaiannya. di samping itu pula dengan menggunakan pakaian kerja juru las memiliki keleluasaan untuk bergerak mengahadapi pekerjaannya. pakaian kerja dapat terbuat dari bahan katoon, kulit atau levis. pakaian kerja jurulas dibuat lengan panjang dan bercelana panjang.
2. Helm las/topeng las
Helm las/topeng las digunakan untuk melindungi muka dari sinar las (sinar ultraviolet, infra red), radiasi panas las serta percikan bunga api las. apabila muka juru las tidak dilindungi maka kulit muka akan terbakar dan sel-sel kulit maupun daging akan rusak. Pada helm las tertentu didesain dilengkapi dengan masker hidung, yang fungsinya adalah melindungi diri dari asap las dan debu pengelasan. asap las dan debu ini akan mengganggu pernapasan dan dapat mengakipatkan penyakit paru-paru (pernapasan) serta ginjal.
3. Kaca las
Kaca las akan melindungi mata dari sinar las yang menyilaukan, sinar ultra violet, dan infra red. nyala-nyala ini akan mampu merusak penglihatan mata juru las, bahkan dapat mengakibatkan kebutaan. pemilihan kaca las disesuaikan dengan besar kecilnya arus pengelasan yang digunakan juru las (lihat tabel) pada buku-buku referensi pengelasan. contohnya adalah untuk pengelasan sampai 150 ampere menggunakan kaca las NO 10.

4.Apron (pelindung dada) Apron berfungsi untuk melindungi dada dari sinar ultra violet, infra red, percikan bunga api las dan panas pengelasan. pelindung dada ini terbuat dari kulit yang lentur.
5. Sarung tangan
Sarung tangan berfungsi untuk melindungi tangan dari sengatan listrik, panas lasan, dan bend-benda yang tajam.
6. Sepatu kulit kapasitas 2 ton
sepatu ini terbuat dari kulit yang pada ujungnya terjadap logam pelindung dengan kapasitas 2ton. sepatu ini akan melindungi juru las dari sengatan listrik, kejatuhan benda, benda-benda yang panas dan benda-benda yang tajam.
3. Jenis bahan/material untuk pengelasan dipahami dengan benar
Seorang juru las harus memahami jenis bahan/material yang akan di las. Apakah bahan tersebut mengandung besi (bahan ferro) ataukah bahan tersebut adalah bahan yang tidak mengandung besi (bahan non ferro). Di samping itu pula, seorang juru las harus memperhatikan apakah bahan tersebut bahan paduan ataukah bahan murni.
Dengan mengetahui jenis bahan dan paduannya, maka akan dapat menentukan bagaimana proses pengelasan dilakukan, baik persiapan, pelaksanaan/proses, maupun finishing.
Pada tahap persiapan, akan ditetapkan proses las yang digunakan (SMAW, GTAW, GMAW, OAW, SAW) berikut gas pelindungnya, jenis elektroda yang digunakan, adanya pre heating/post heating, jenis polaritas yang digunakan (AC/DC+/DC-), besar kecilnya arus pengelasan, jenis nyala las untuk OAW atau tindakan-tindakan lain sehingga mengasilkan pengelasan yang baik yang memiliki kekuatan mekanis, kimiawi, maupun yang lainnya relatif sama dengan bahan dasar yang dilas. Pada proses pengelasan. Hasil dari pengelasan yang baik ini akan memberikan jaminan bagi pengguna/lingkungan akan keselamatan kerja dan umur konstruksi.
Ihtisar bahan teknik dapat dilihat pada bagan berikut.

Bahan-bahan di atas akan sangat baik jika dilakukan pengelasan dengan bahan tambah yang memiliki sifat kimia maupun mekanik yang sama dengan bahan dasarnya.
Pemilihan jenis mesin las, polaritas, besar kecilnya arus pengelasan, jenis nyala las untuk las OAW dan pengadaan pre heating dan post heating akan mempengaruhi sifat-sifat kimia maupun mekanis dari bahan tersebut. Untuk itu perlu ada referensi pengaruh hal-hal tersebut di atas terhadap hasil lasan, terutama pengaruh kalor terhadap struktur logam dan sifat-sifatnya.
4. Teknik menyiapkan material sesuai kriteria yang disyaratkan
Meterial untuk pengelasan harus disiapkan dengan sebaik mungkin sebelum dilakukan pengelasan. Persiapan pengelasan yang baik 80% akan memberikan jaminan keberhasilan dalam pengelasan.
Hal-hal yang dapat terjadi jika penyiapan material tidak baik yaitu :
• penetrasi tidak baik (terjadi penetrasi yang berlebihan) karena root face terlalu tipis, root gap terlalu lebar; atau (tidak terjadi penetrasi) karena root face terlalu tebal, dan root gap terlalu sempit.
• Penyempitan jalur pengelasan (akibat las cacat yang tidak kuat)
• misaligment (ketidakrataan benda kerja) karena penempatan material sebelum di las cacat tidak rata/sejajar.
• distorsi (perubahan bentuk) karena pengaruh panas
• porosity (karena benda tidak dibersihkan dari karat atau bahan lain)
Penyiapan material harus disesuaikan dengan WPS (Welder Prosedure Spesification) atau gambar kerja yang digunakan. WPS adalah sebuah prosedur standar persiapan material yang dirancang sedemikian rupa melalui pengujian-pengujian di laboratorium dan dilas oleh juru las yang profesional. pengujian-pengujian tersebut dapat berupa Radiography test, Bend Test, uji tarik atau bahkan structure/micro.
Contoh penyiapan benda kerja adalah sebagai berikut :
hasil yang ingin dicapai
penyiapannya adalah:
material pertama (sisi samping) dibersihkan dari karat atau bahan lain.
material kedua sisi yang berhubungan digerinda rata sehingga pada saat dihubungkan dan ketika diterawang tidak terdapat celah di antaranya.

Jika di antara benda tersebut masih terdapat celah, maka akan mengakibatkan penetrasi yang tidak baik . Jika diuji etsa, pada bagian celah tersebut tidak akan terjadi fusi atau tidak terjadi perpaduan logam tambah dengan material las, tetapi pada bagian tersebut akan terisi oleh terak dan disebut cacat slack inclution (terak terperangkap). karena bagian tersebut terisi terak (bukan logam) maka pada bagian tersebut akan menjadi titik lemah dari konstruksi.
5. Posisi penempatan material pada meja kerja sesuai permintaan/spesifikasi
Penempatan benda kerja disesuaikan dengan permintaan, dalam hal ini adalah menyesuaikan posisi pengelasan. Penempatannya apakah posisi
• 1F, 2F, 3F, 4F, 5F, 6F
• 1G, 2G, 3G, 4G plate
• 1G, 2G, 5G, 6G, 6GR (pipa)
contoh posisi-posisi pengelasan seperti gambar berikut :

fillet joint (T-joint)

butt joint
Posisi pengelasan 1G pipa, pada pengelasan pipa 1G ini, pipa diputar dan pengelasan tetap memposisikan elektroda di atas material.
Pengelasan 2G pipa, Pipa diam, juru las mengelas mengitari pipa
Pengelasan 5G pipa, pipa diam, juru las mengelas diawali dari bagian bawah terus melingkan berhenti di pipa bagian atas pada sisi sebelahnya. pada sisi lain dilakukan dengan cara yang sama yaitu diawali dari bawah terus melingkar dan berhenti di atas. pengelasan ini disebut dengan posisi pengelasan 5G up Hill.

Posisi pengelasan di atas adalah posisi 6G. pemasangan pipa dimiringkan 45 derajat terhadap sumbu horizontal. pengelasan dilakukan dari pipa bagian bawah terus melingkar ke arah kanan/kiri dan berhenti di atas. dilanjutkan dengan pengelasan sebaliknya diawali dari bawah dan terus melingkar berhenti di bagian atas. Cara pengelasan seperti ini disebut 6G up hill.
Angka-angka pada posisi-posisi pengelasan tersebut di atas menunjukkan tingkatan-tingkatan posisi pengelasan. Angka yang semakin tinggi berarti menujukkan kwalifikasi yang tinggi pula.
Posisi-posisi pengelasan di atas menunjukkan kwalifikasi juru las yang berhak mengelasnya. jika juru las memiliki sertifikat kwalifikasi 6G, maka juru las tersebut diperbolehkan untuk mengelas semua posisi. Tetapi jika juru las tersebut memiliki sertifikat 4G plate, maka juru las tersebut tidak boleh menglas pipa posisi apapun, tetapi bileh mengelas posisi pengelasan 1F, 2F, 3F, 4F maupun 1G, 2G, 3G dan 4G.
=======================================
Unit Kompetensi : Mengeset Mesin Las dan Elektroda
1. Teknik perangkaian peralatan las busur metal manual dipahami dengan benar baik (AC/DC)
2. Peralatan las busur manual dirangkai sesuai prosedur dengan kuat dan aman
3. Penentuan polaritas (AC/DC+/DC-) ditetapkan sesuai kebutuhan tujuan pengelasan
4. Penentuan elektroda dan arus disesuaikan dengan kegunaan pengelasan
PENJELASAN :
Teknik dalam merangkai peralatan las busur manual ini harus dipahami oleh juru las. Tujuannya adalah agar pada saat melaksanakan perangkaian tidak menimbulkan kecelakaan atau kesulitan. Hal-hal yang perlu dipahami adalah :
• Alat keselamatan kerja yang dibutuhkan untuk merangkai peralatan las dan cara penggunaannya
• Bagian-bagian yang harus dikontrol sebelum perangkaian dilakukan
• Posisi tubuh (sikap kerja) pada saat merangkai
• Hal-hal yang harus dikontrol setelah proses merangkai selesai dilaksanakan
Kegiatan ini harus dapat diketahui dan dilakukan oleh juru las, agar proses produksi dapat berjalan dengan lancar. Jika kegiatan ini tidak dapat dilakukan oleh seorang juru las, maka disaat proses produksi harus berlangsung juru las harus menunggu teknisi untuk merangkaikan peralatan lasnya. Keadaan seperti ini dapat menurunkan produktivitas perusahaan.
Pemahaman tentang polaritas pengelasan wajib diketahui oleh juru las. Polaritas akan menentukan hasil pengelasan yang dilakukannya, misalkan penembusan dangkal, sedang atau dalam. Berdasarkan pengetahuan tersebut, juru las akan dapat menentukan polaritas apa yang dipakai untuk melakukan pengelasan pada logam ketabalan, jenis bahan dan posisi pengelasan tertentu.
berikut data tentang polaritas dan pengaruhnya terhadap pengelasan.

Ketentuan di atas akan memberikan petunjuk bagi juru las untuk mempersiapkan peralatan las untuk pengelasan dengan tujuan tertentu.
Peralatan las busur manual harus dilaksanakan dengan benar, kuat dan aman. keadaan semacam ini akan memberikan jaminan terhadap keselamatan dan kesehatan kerja. keselamatan yang dimaksud di sini adalah selamat bendanya (tidak rusak) selamat orangnya dan selamat lingkungannya. Kabel-kabel dihubungkan dengan teknik yang benar dan kuat sesuai dengan SOP.