Materi Pengelasan
PENJELASAN
1. Gambar dan Simbol Las Dipahami dengan Baik
Gambar dan simbol las wajib dipahami oleh seorang juru las (welder).
Juru las dalam kegiatan kerjanya harus mengacu pada ketentuan yang telah
diatur pada gambar atau bagan konstruksi. Jika hal ini tidak dilakukan
maka dampak yang mengiringinya adalah sangat besar, misal : terjadinya
kesalahan konstruksi yang mengakibatkan gagal produk dan tidak dapat
digunakan. Kesalahan dalam hal proses yang mengakibatkan terjadinya
cacat pada hasil pengelasan. Contoh gambar dan simbol las dapat
ditunjukkan di bawah ini : Berdasarkan gambar dan simbol las di atas,
seorang welder harus mampu menterjelahkan dalam bahasa pekerjaan
(teknis) apa yang dimaksud dari gambar tersebut. Dengan demikian welder
akan dapat mempersiapakan segala sesuatunya untuk proses pengelasan.
Arti dari gambar dan symbol di atas adalah : Pekerjaan pengelasan pipa
menggunakan proses las SMAW, pipa ditempatkan pada meja las posisi
miring 45 derajat, kampuh pengelasan yang harus disiapkan adalah
menggunakan kampuh V, dengan ketentuan : Proses pengelasan dilakukan
dari bawah ke atas, benda yang dilas diam (tidak boleh dipindah atau
diputar) dilepas dari tempatnya, hasil pengelasan cembung dan pengujian
hasil lasan dilakukan secara visual (visual test). Hasil dari pengelasan
tersebut seperti berikut : 2. Teknik pengoperasian alat utama, alat
bantu dan alat keselamatan kerja sesuai dengan ketentuan
Alat-alat las SMAW dibedakan menjadi 3 kelompok,
1. alat utama
2. alat bantu dan
3. alat keselamatan kerja
Alat utama las SMAW yaitu :
• Kabel tenaga
• Trafo las (generator)
• Kabel massa
• Kabel elektroda
• Pemegang elektroda
• Penjepit massa
Alat batu las SMAW antara lain :
• Meja las
• Palu terak
• Palu konde
• Gerinda tangan
• Mistar baja
• Sikat baja
• Ragum
• Kikir
• Penjepit benda kerja
alat keselamatan kerja las antara lain :
• Helm las (topeng las)
• Kaca las hitam
• Kaca las putih
• Apron (pelindung dada)
• Baju kerja
• Sarung tangan
• Sepatu kulit kapasitas 2ton
• Masker
Alat utama las busur manual dalam pengoperasiannya harus sesuai SOP yang berlaku.
1. Kabel tenaga
Pemilihan kabel tenaga yang digunakan untuk menginstal disesuaikan
dengan bebannya (trafo las nya) berupa ampere dan tegangan input trafo
las. Hal ini menyangkut ukuran kawat, panjang kabel, dan jenis kawatnya
(serabut/tidak). Selanjutnya dalam menginstall harus kuat dan tidak
mudah lepas, sehingga aliran listrik dapat mengalir maksimal dan tidak
panas.
2. Trafo las
Pemilihan trafo las pada saat akan membeli, harus dipertimbangkan
tentang kebutuhan maksimal (beban pekerjaan yang akan dikenakan kepada
trafo las tersebut. Apabila beban pekerjaannya besar maka langkah
pemilihannya adalah dapat dipertimbangkan tentang tegangan input: 3PH,
2PH atau 1PH; Ampere output, dipertimbangkan dari diameter elektroda
yang akan digunakan. dan yang paling penting adalah duty cycle dari
trafo tersebut. dalam hal ini pilihlah trafo las yang memiliki duty
cycle yang tinggi untuk ampere yang tinggi, misal duty cycle 100% untuk
arus sampai dengan 200 A. langkah berikutnya gunakan tang ampere untuk
mengecek kesesuaian out put arus pengelasan pada indikator dengan
kenyataannya yang terlihat pada tang ampere. Jenis trafo las juga perlu
dipertimbangkan apakah trafi AC atau DC. hal ini terkait dengan jenis
elektroda yang akan digunakan. jika menggunakan multi electrode,
pilihlah trafo DC. Cara mengoperasikan trafo las terlebih dahulu harus
dilihat instalasinya. kabel tenaga ke trafo las, kabel massa, kabel
elektroda dan kondisi trafo sendiri, apakah pada tempat yang kering atau
basah. setelah diketahui instalasinya baik, maka saklar utama pada
kabel tenaga di on kan, selanjutnya saklar pada trafo las di on kan.
pastikan kabel massa dan kabel elektroda tidak dalam kondisi saling
berhubungan. atur arus pengelasan yang dibutuhkan dan selanjutnya
gunakan untuk mengelas. Apabila proses pengelasan telah selesai, trafo
las dimatikan kembali.
3. Kabel elektroda dan kabel massa
Kabel elektroda dan kabel massa harus menggunakan kabel serabut sehingga
lentur dengan ukuran disesuaikan dengan ampere maksimum trafo las
(lihat ketentuan pada tabel) kabel las. Kabel elektroda dan kabel massa
harus terkoneksi )terinstall dengan kuat dengan trafo las agar aliran
arus pengelasan sesuai dengan ketentuan yang tertera dalam indikator
ampere pada trafo las. Penggunaan kabel elektroda dan kabel massa pada
saat pengelasan harus disiapkan dengan benar, yaitu dalam kondisi
terurai, tidak tertekuk dan saling berlilitan. Dengan kondisi semacam
ini maka aliran arus pengelasan akan maksimal. Jika sudah tidak dipakai,
trafo las dimatikan dan kabel las digulung dan diletakkan dengan benar
tidak saling berbelit agar mudah dalam penggunaan di waktu yang lain.
4. Pemegang elektroda dan penjepit massa
Penjepit elektroda dan penjepit massa dibuat dari bahan yang mudah
menghantarkan arus listrik. bahan yang biasa digunakan adalah tembaha.
Pada pemegang elektroda pada mulutnya sudah dibentuk sedemikian rupa
sehingga memudahkan tukang las memasang/menjepit pada pemegang
elektroda. Dalam penggunaannya elektroda harus ditempat pada sela-sela
yang ada, dapat diposisikan dengan sudut 180 derajat, 90 derajat atau 45
derajat terhadap pemegang elektroda. Sedang pada penjepit massa dibuat
sedemikian rupa sehingga dapat mencengkeram dengan kuat pada benda
kerja. Penjepit elektroda maupun penjepit massa tidak diperkenankan
terkena busur las. Pada penjepit elektroda, penggunaan elektroda
disisakan 1 inch sehingga tidak sampai habis menyentuh pemegang
elektroda. Sedangkan pemegang massa tidak diperkenankan untuk menjadi
tempat mencopa elektroda/menyalaka elektroda agar tidak rusak. Penjepit
benda kerja ditempatkan pada dekat benda kerja atau meja las dengan kuat
agar aliran listrik dapat maksimal/tidak banyak arus yang terbuang.
Alat-alat bantu las
Alat-alat bantu las harus digunakan dengan benar sesuai fungsinya dan
dengan teknik yang benar pula. Di samping itu cara penyimpanannya
harulah ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak saling bertumpukan
dan saling bergesekan satu sama lain.
1. Meja las
Meja las adalah tempat untuk menempatkan benda kerja pada posisi yang
dipersyaratkan. Meja las harus diletakkan sedemikian rupa dan tidak
mudah bergerak saat tersenggol atau saat welder melakukan pengelasan.
Gunakan benda kerja lain saat mencoba penyalaan elektroda dan jangan
dilakukan di meja las.
2. Palu terak
Palu terak adalah alat untuk membersihkan terak dari hasil pengelasan.
Dalam menggunakan palu terak ini jangan sampai membuat luka pada hasil
pengelasan maupun pada base metalnya. karena luka bekas pukulan adalah
merupakan cacat pengelasan. Palu terak sebelum digunakan dicek
ketajamannya dan kondisinya. apabila sudah tumpul, maka harus ditajamkan
dengan menggerindanya. Setelah selesai menggunakannya, tempatkan palu
terak pada tempatnya secara rapi.
3. Palu konde
Palu konde secara standar yang digunakan adalah berkapasitas 2 kg.
penggunaan palu konde adalah untuk membantu meluruskan, meratakan
permukaan benda kerja yang berkelok atau melengkung, untuk membentuk
sudut pada benda kerja dengan tujuan mengurangi atau meniadakan
distorsi. atau ditunakan untuk tujuan membantu persiapan pengelasan.
Palu konde juga harus dikontrol kondisinya agar tidak kocak serta dalam
penyimpananya harus tertata rapi dan tidak saling bertumpukan atau
bergesekan dengan alat lainnya.
4. Gerinda tangan
Gerinda tangan ini berfungsi untuk menyiapkan material yang akan di las
berupa penyiapan kampuh las. Gerinda ini juga digunakan untuk membantu
dalam proses pengelasan khususnya dalam pembersihan lasan sebelum di
sambung atau sebelum ditumpuki dengan lasan lapis berikutnya. gerinda
tangan ini juga digunakan untuk membantu dalam memperbaiki cacat las
yang memerlukan penggerindaan dalam persiapannya sebelum diperbaiki
cacat pengelasan tadi.
Dalam penggunaannya :
Periksa kabel gerinda apakah ada yang terkelupas atau tidak, jika ada
segera diisolasi agar operator tidak tersengat listrik. Pastikan saklar
dalam kondisi OFF sebelum kabel dihubungkan pada sumber listrik.
Pastikan batu gerinda terpasang dengan kuat dan tepat dan kemudian
peganglah geridan pada tangkai gerinda dengan kuat. Hubungkan kabel
gerinda pada listrik dan kemudian hidupkan dengan menekan tombol ON.
Gunakan kaca mata putih saat menggerinda. Setelah selesai saklar OFF dan
lepas kembali kabel dari sumber arus. Gulung kabel sedemikian rupa dan
simpanlah pada tempatnya dengan aman dan tidak saling bertindih dengan
alat lain.
Alat keselamatan kerja las
Alat keselamatan kerja las adalah sangat fital untuk digunakan.
Penggunaan alat keselamatan kerja las ini akan memberikan jamiman
keselamatan kepada juru las maupun lingkungan. Pada gilirannya akan
meningkatkan produktivitas dan kwalitas hasil lasan.
Helm Las sarung tangan las Apron (pelindung dada)
Sepatu kerja (kapasitas 2ton) Alat keselamatan kerja lengkap
macam-macam alat keselamatan kerja las antara lain:
1. Pakaian kerja
Dengan menggunakan pakaian kerja, juru las akan merasa nyaman dalam
bekerja karena tidak berfikir tentang lingkungan yang dapat mengotori
pakaiannya. di samping itu pula dengan menggunakan pakaian kerja juru
las memiliki keleluasaan untuk bergerak mengahadapi pekerjaannya.
pakaian kerja dapat terbuat dari bahan katoon, kulit atau levis. pakaian
kerja jurulas dibuat lengan panjang dan bercelana panjang.
2. Helm las/topeng las
Helm las/topeng las digunakan untuk melindungi muka dari sinar las
(sinar ultraviolet, infra red), radiasi panas las serta percikan bunga
api las. apabila muka juru las tidak dilindungi maka kulit muka akan
terbakar dan sel-sel kulit maupun daging akan rusak. Pada helm las
tertentu didesain dilengkapi dengan masker hidung, yang fungsinya adalah
melindungi diri dari asap las dan debu pengelasan. asap las dan debu
ini akan mengganggu pernapasan dan dapat mengakipatkan penyakit
paru-paru (pernapasan) serta ginjal.
3. Kaca las
Kaca las akan melindungi mata dari sinar las yang menyilaukan, sinar
ultra violet, dan infra red. nyala-nyala ini akan mampu merusak
penglihatan mata juru las, bahkan dapat mengakibatkan kebutaan.
pemilihan kaca las disesuaikan dengan besar kecilnya arus pengelasan
yang digunakan juru las (lihat tabel) pada buku-buku referensi
pengelasan. contohnya adalah untuk pengelasan sampai 150 ampere
menggunakan kaca las NO 10.
4.Apron (pelindung dada)
Apron berfungsi untuk melindungi dada dari sinar ultra violet, infra
red, percikan bunga api las dan panas pengelasan. pelindung dada ini
terbuat dari kulit yang lentur.
5. Sarung tangan
Sarung tangan berfungsi untuk melindungi tangan dari sengatan listrik, panas lasan, dan bend-benda yang tajam.
6. Sepatu kulit kapasitas 2 ton
sepatu ini terbuat dari kulit yang pada ujungnya terjadap logam
pelindung dengan kapasitas 2ton. sepatu ini akan melindungi juru las
dari sengatan listrik, kejatuhan benda, benda-benda yang panas dan
benda-benda yang tajam.
3. Jenis bahan/material untuk pengelasan dipahami dengan benar
Seorang juru las harus memahami jenis bahan/material yang akan di las.
Apakah bahan tersebut mengandung besi (bahan ferro) ataukah bahan
tersebut adalah bahan yang tidak mengandung besi (bahan non ferro). Di
samping itu pula, seorang juru las harus memperhatikan apakah bahan
tersebut bahan paduan ataukah bahan murni.
Dengan mengetahui jenis bahan dan paduannya, maka akan dapat menentukan
bagaimana proses pengelasan dilakukan, baik persiapan,
pelaksanaan/proses, maupun finishing.
Pada tahap persiapan, akan ditetapkan proses las yang digunakan (SMAW,
GTAW, GMAW, OAW, SAW) berikut gas pelindungnya, jenis elektroda yang
digunakan, adanya pre heating/post heating, jenis polaritas yang
digunakan (AC/DC+/DC-), besar kecilnya arus pengelasan, jenis nyala las
untuk OAW atau tindakan-tindakan lain sehingga mengasilkan pengelasan
yang baik yang memiliki kekuatan mekanis, kimiawi, maupun yang lainnya
relatif sama dengan bahan dasar yang dilas. Pada proses pengelasan.
Hasil dari pengelasan yang baik ini akan memberikan jaminan bagi
pengguna/lingkungan akan keselamatan kerja dan umur konstruksi.
Ihtisar bahan teknik dapat dilihat pada bagan berikut.
Bahan-bahan di atas akan sangat baik jika dilakukan pengelasan dengan
bahan tambah yang memiliki sifat kimia maupun mekanik yang sama dengan
bahan dasarnya.
Pemilihan jenis mesin las, polaritas, besar kecilnya arus pengelasan,
jenis nyala las untuk las OAW dan pengadaan pre heating dan post heating
akan mempengaruhi sifat-sifat kimia maupun mekanis dari bahan tersebut.
Untuk itu perlu ada referensi pengaruh hal-hal tersebut di atas
terhadap hasil lasan, terutama pengaruh kalor terhadap struktur logam
dan sifat-sifatnya.
4. Teknik menyiapkan material sesuai kriteria yang disyaratkan
Meterial untuk pengelasan harus disiapkan dengan sebaik mungkin sebelum
dilakukan pengelasan. Persiapan pengelasan yang baik 80% akan memberikan
jaminan keberhasilan dalam pengelasan.
Hal-hal yang dapat terjadi jika penyiapan material tidak baik yaitu :
• penetrasi tidak baik (terjadi penetrasi yang berlebihan) karena root
face terlalu tipis, root gap terlalu lebar; atau (tidak terjadi
penetrasi) karena root face terlalu tebal, dan root gap terlalu sempit.
• Penyempitan jalur pengelasan (akibat las cacat yang tidak kuat)
• misaligment (ketidakrataan benda kerja) karena penempatan material sebelum di las cacat tidak rata/sejajar.
• distorsi (perubahan bentuk) karena pengaruh panas
• porosity (karena benda tidak dibersihkan dari karat atau bahan lain)
Penyiapan material harus disesuaikan dengan WPS (Welder Prosedure
Spesification) atau gambar kerja yang digunakan. WPS adalah sebuah
prosedur standar persiapan material yang dirancang sedemikian rupa
melalui pengujian-pengujian di laboratorium dan dilas oleh juru las yang
profesional. pengujian-pengujian tersebut dapat berupa Radiography
test, Bend Test, uji tarik atau bahkan structure/micro.
Contoh penyiapan benda kerja adalah sebagai berikut :
hasil yang ingin dicapai
penyiapannya adalah:
material pertama (sisi samping) dibersihkan dari karat atau bahan lain.
material kedua sisi yang berhubungan digerinda rata sehingga pada saat
dihubungkan dan ketika diterawang tidak terdapat celah di antaranya.
Jika di antara benda tersebut masih terdapat celah, maka akan
mengakibatkan penetrasi yang tidak baik . Jika diuji etsa, pada bagian
celah tersebut tidak akan terjadi fusi atau tidak terjadi perpaduan
logam tambah dengan material las, tetapi pada bagian tersebut akan
terisi oleh terak dan disebut cacat slack inclution (terak
terperangkap). karena bagian tersebut terisi terak (bukan logam) maka
pada bagian tersebut akan menjadi titik lemah dari konstruksi.
5. Posisi penempatan material pada meja kerja sesuai permintaan/spesifikasi
Penempatan benda kerja disesuaikan dengan permintaan, dalam hal ini
adalah menyesuaikan posisi pengelasan. Penempatannya apakah posisi
• 1F, 2F, 3F, 4F, 5F, 6F
• 1G, 2G, 3G, 4G plate
• 1G, 2G, 5G, 6G, 6GR (pipa)
contoh posisi-posisi pengelasan seperti gambar berikut :
fillet joint (T-joint)
butt joint
Posisi pengelasan 1G pipa, pada pengelasan pipa 1G ini, pipa diputar
dan pengelasan tetap memposisikan elektroda di atas material.
Pengelasan 2G pipa, Pipa diam, juru las mengelas mengitari pipa
Pengelasan 5G pipa, pipa diam, juru las mengelas diawali dari bagian
bawah terus melingkan berhenti di pipa bagian atas pada sisi sebelahnya.
pada sisi lain dilakukan dengan cara yang sama yaitu diawali dari bawah
terus melingkar dan berhenti di atas. pengelasan ini disebut dengan
posisi pengelasan 5G up Hill.
Posisi pengelasan di atas adalah posisi 6G. pemasangan pipa dimiringkan
45 derajat terhadap sumbu horizontal. pengelasan dilakukan dari pipa
bagian bawah terus melingkar ke arah kanan/kiri dan berhenti di atas.
dilanjutkan dengan pengelasan sebaliknya diawali dari bawah dan terus
melingkar berhenti di bagian atas. Cara pengelasan seperti ini disebut
6G up hill.
Angka-angka pada posisi-posisi pengelasan tersebut di atas menunjukkan
tingkatan-tingkatan posisi pengelasan. Angka yang semakin tinggi berarti
menujukkan kwalifikasi yang tinggi pula.
Posisi-posisi pengelasan di atas menunjukkan kwalifikasi juru las yang
berhak mengelasnya. jika juru las memiliki sertifikat kwalifikasi 6G,
maka juru las tersebut diperbolehkan untuk mengelas semua posisi. Tetapi
jika juru las tersebut memiliki sertifikat 4G plate, maka juru las
tersebut tidak boleh menglas pipa posisi apapun, tetapi bileh mengelas
posisi pengelasan 1F, 2F, 3F, 4F maupun 1G, 2G, 3G dan 4G.
=======================================
Unit Kompetensi : Mengeset Mesin Las dan Elektroda
1. Teknik perangkaian peralatan las busur metal manual dipahami dengan benar baik (AC/DC)
2. Peralatan las busur manual dirangkai sesuai prosedur dengan kuat dan aman
3. Penentuan polaritas (AC/DC+/DC-) ditetapkan sesuai kebutuhan tujuan pengelasan
4. Penentuan elektroda dan arus disesuaikan dengan kegunaan pengelasan
PENJELASAN :
Teknik dalam merangkai peralatan las busur manual ini harus dipahami
oleh juru las. Tujuannya adalah agar pada saat melaksanakan perangkaian
tidak menimbulkan kecelakaan atau kesulitan. Hal-hal yang perlu dipahami
adalah :
• Alat keselamatan kerja yang dibutuhkan untuk merangkai peralatan las dan cara penggunaannya
• Bagian-bagian yang harus dikontrol sebelum perangkaian dilakukan
• Posisi tubuh (sikap kerja) pada saat merangkai
• Hal-hal yang harus dikontrol setelah proses merangkai selesai dilaksanakan
Kegiatan ini harus dapat diketahui dan dilakukan oleh juru las, agar
proses produksi dapat berjalan dengan lancar. Jika kegiatan ini tidak
dapat dilakukan oleh seorang juru las, maka disaat proses produksi harus
berlangsung juru las harus menunggu teknisi untuk merangkaikan
peralatan lasnya. Keadaan seperti ini dapat menurunkan produktivitas
perusahaan.
Pemahaman tentang polaritas pengelasan wajib diketahui oleh juru las.
Polaritas akan menentukan hasil pengelasan yang dilakukannya, misalkan
penembusan dangkal, sedang atau dalam. Berdasarkan pengetahuan tersebut,
juru las akan dapat menentukan polaritas apa yang dipakai untuk
melakukan pengelasan pada logam ketabalan, jenis bahan dan posisi
pengelasan tertentu.
berikut data tentang polaritas dan pengaruhnya terhadap pengelasan.
Ketentuan di atas akan memberikan petunjuk bagi juru las untuk
mempersiapkan peralatan las untuk pengelasan dengan tujuan tertentu.
Peralatan las busur manual harus dilaksanakan dengan benar, kuat dan
aman. keadaan semacam ini akan memberikan jaminan terhadap keselamatan
dan kesehatan kerja. keselamatan yang dimaksud di sini adalah selamat
bendanya (tidak rusak) selamat orangnya dan selamat lingkungannya.
Kabel-kabel dihubungkan dengan teknik yang benar dan kuat sesuai dengan
SOP.